Impianku
Tak Seindah Impianmu
Pintu
kebahagiaan selalu terbuka didepan mata, tetapi sering kali kita menutup mata
akan sebuah kebahagiaan. Itu dikarenakan kita bingung dalam mengambil keputusan
saat dihadapkan pada pilihan yang sulit dan kita dituntut untuk memilih salah
satu. Dari salah satu pilihan tersebut pasti yang kita pilih adalah hal yang
termudah bukan seberapa manfaat dari pilihan itu.
Sebelum masuk
kuliah di IAIN tulungagung, memang organisasi saya selalu sama dengan kakak
saya begitupun sekolah yang diambil pun juga sama. Ketika beranjak di perguruan
tinggi saya mencari suasana baru yang berbeda dengan kakak saya. Kakak saya
berpesan bahwa, organisasi itu penting dalam perguruan tinggi, maka dari itu saya
dituntut untuk mengikuti jejaknya,.memang dalam kampusnya kakak saya merupakan
salah satu aktivis kampus yang namanya tidak asing sampai terdengar diperguruan
tinggi yang saya ambil.
Saya selalu
diingatkan untuk mengikuti salah satu organisasi yang ada dikampus saya. Tapi mungkin
Tuhan belum membukakan mata saya apa arti pentingnya organisasi yang dipilihkan
untuk saya. Awalnya saya tidak mau, karena terpaksa saya mencoba menuruti
permintaannya.
Pada suatu hari,
saya dibingungkan antara dua pilihan. Tepatnya hari kamis akhir semester 1, pada
waktu itu ada dua rangkaian acara yang bersamaan dan saya ingin mengikuti
keduanya tetapi waktu pelaksanaan yang tidak bisa diganggu gugat. Akhirnya saya
memutuskan untuk mengikuti acara Musyawarah Tahunan (MUSTA) PGMI. Sejujurnya
disisi lain saya juga tidak ingin mengecewakan kakak saya untuk mengikuti
Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD). Sebelum hari kamis, sebenarnya saya
sudah berbicara dengan Pimpinan Umum (PU)nya organisasi tersebut bahwa saya
ingin mengikuti kegiatan PJTD dan salah satu senior organisasi tersebut
menyanggupi untuk membantu saya mengumpulkan semua berkas persyaratan. Tapi
apalah daya, akhirnya saya memilih MUSTA PGMI. Setelah acara MUSTA PGMI berakhir,
saya diceramahi oleh salah satu senior organisasi tersebut bahwa walaupun saya
belum menjadi anggota, saya diminta aktif di organisasi tersebut. Senior
tersebut berkata, ”saya lebih menghargai orang luar aktif mengikuti kegiatan
daripada anggota yang tidak aktif“. Saya masih ingat betul dengan kata-kata
itu.
Ketika minggu
berikutnya saya dihubungi PU organisasi tersebut untuk mengikuti diskusi kamis
sore yang biasa disebut dengan diskasor. Tapi saya hanya mampu mengikuti kurang
lebih 4 kali pertemuan karena sering bersamaan dengan jadwal kuliah. akhirnya saya sudah tidak mengikuti diskasor tersebut. Tiba-tiba
saya dapat kabar bahwa ada pelatihan sastra. Dipikiran saya acaranya
menyenangkan dan banyak pesertanya tapi kenyataannya menjenuhkan dan hanya
diikuti oleh 10 peserta. Acara tersebut berlangsung selama 3 hari.
Lambat laun saya
menghindar dari kegiatan itu karena menurut saya kuliah lebih penting dari
organisasi. Saya berpikir organisasi itu cuma saran kakak saya yang hanya untuk
kebaikan sesaat. Bagi saya, saya sudah pernah ikut bergabung dalam kegiatan
tersebut itu sudah cukup.
Setelah
berjalannya waktu yang cukup panjang, ternyata saya baru menyadari betapa
pentingnya organisasi tersebut dalam perkuliahan. Andaikan waktu bisa diulang,
mungkin saya bisa menulis sekreatif mungkin dengan baik sesuai apa yang kakak
saya harapkan. Tuhan membuat saya menyesal atas apa yang telah saya katakan
bahwa kuliah lebih penting ternyata organisasi pun juga penting. Dan mungkin
ini adalah ujian yang harus saya jalani ketika dosen pengampu saya adalah salah
satu senior dari organisasi tersebut. Semakin sulit untuk dilupakan karena
sesuatu kalau kita jauhi maka akan semakin dekat. Semakin kita tidak suka maka
akan semakin butuh. Ego pun tak bisa menjadikan waktu terulang kembali ke masa
lalu.
Apalagi sekarang
ini saya tidak bisa berkata apa-apa. Menghilangkan bayangan masa lalu adalah
hal tersulit yang harus saya dijalani. Begitu sulitnya melihat kedepan dan
begitu mudahnya melihat kebelakang. Padahal kalau kita melihat kedepan itu
adalah tantangan yang diiringi dengan kesuksesan. Kalau kita melihat kebelakang
adalah penyesalan yang seharusnya bisa dijadikan pelajaran untuk menjadi lebih
baik. Apa gunanya penyesalan kalau kita tidak bisa merubah pola pikir kita.
Mungkin kesempatan pertama lebih indah dibanding kesempatan kedua, akan tetapi
selagi ada kesempatan mari kita berusaha menjadi lebi baik.
Tuhan akan
senang kepada orang yang terus berusaha walaupun kita telah gagal. Sebuah
kehidupan tentu ada kalanya disaat kita senang dan sedih. Akan tetapi ketika
kita senang sering kali kita lupa kepada sang pencipta dan ketika kita sedih
timbulah rasa mengeluh dan menganggap Tuhan itu tidak adil. Karena sebenarnya
apa yang kita tanam itu adalah apa yang kita tuai.