Rabu, 28 September 2016

dalam kesedihan



Impianku Tak Seindah Impianmu

Pintu kebahagiaan selalu terbuka didepan mata, tetapi sering kali kita menutup mata akan sebuah kebahagiaan. Itu dikarenakan kita bingung dalam mengambil keputusan saat dihadapkan pada pilihan yang sulit dan kita dituntut untuk memilih salah satu. Dari salah satu pilihan tersebut pasti yang kita pilih adalah hal yang termudah bukan seberapa manfaat dari pilihan itu.
Sebelum masuk kuliah di IAIN tulungagung, memang organisasi saya selalu sama dengan kakak saya begitupun sekolah yang diambil pun juga sama. Ketika beranjak di perguruan tinggi saya mencari suasana baru yang berbeda dengan kakak saya. Kakak saya berpesan bahwa, organisasi itu penting dalam perguruan tinggi, maka dari itu saya dituntut untuk mengikuti jejaknya,.memang dalam kampusnya kakak saya merupakan salah satu aktivis kampus yang namanya tidak asing sampai terdengar diperguruan tinggi yang saya ambil.
Saya selalu diingatkan untuk mengikuti salah satu organisasi yang ada dikampus saya. Tapi mungkin Tuhan belum membukakan mata saya apa arti pentingnya organisasi yang dipilihkan untuk saya. Awalnya saya tidak mau, karena terpaksa saya mencoba menuruti permintaannya.
Pada suatu hari, saya dibingungkan antara dua pilihan. Tepatnya hari kamis akhir semester 1, pada waktu itu ada dua rangkaian acara yang bersamaan dan saya ingin mengikuti keduanya tetapi waktu pelaksanaan yang tidak bisa diganggu gugat. Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti acara Musyawarah Tahunan (MUSTA) PGMI. Sejujurnya disisi lain saya juga tidak ingin mengecewakan kakak saya untuk mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD). Sebelum hari kamis, sebenarnya saya sudah berbicara dengan Pimpinan Umum (PU)nya organisasi tersebut bahwa saya ingin mengikuti kegiatan PJTD dan salah satu senior organisasi tersebut menyanggupi untuk membantu saya mengumpulkan semua berkas persyaratan. Tapi apalah daya, akhirnya saya memilih MUSTA PGMI. Setelah acara MUSTA PGMI berakhir, saya diceramahi oleh salah satu senior organisasi tersebut bahwa walaupun saya belum menjadi anggota, saya diminta aktif di organisasi tersebut. Senior tersebut berkata, ”saya lebih menghargai orang luar aktif mengikuti kegiatan daripada anggota yang tidak aktif“. Saya masih ingat betul dengan kata-kata itu.
Ketika minggu berikutnya saya dihubungi PU organisasi tersebut untuk mengikuti diskusi kamis sore yang biasa disebut dengan diskasor. Tapi saya hanya mampu mengikuti kurang lebih 4 kali pertemuan karena sering bersamaan dengan jadwal kuliah. akhirnya  saya sudah tidak mengikuti diskasor tersebut. Tiba-tiba saya dapat kabar bahwa ada pelatihan sastra. Dipikiran saya acaranya menyenangkan dan banyak pesertanya tapi kenyataannya menjenuhkan dan hanya diikuti oleh 10 peserta. Acara tersebut berlangsung selama 3 hari.
Lambat laun saya menghindar dari kegiatan itu karena menurut saya kuliah lebih penting dari organisasi. Saya berpikir organisasi itu cuma saran kakak saya yang hanya untuk kebaikan sesaat. Bagi saya, saya sudah pernah ikut bergabung dalam kegiatan tersebut itu sudah cukup.
Setelah berjalannya waktu yang cukup panjang, ternyata saya baru menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut dalam perkuliahan. Andaikan waktu bisa diulang, mungkin saya bisa menulis sekreatif mungkin dengan baik sesuai apa yang kakak saya harapkan. Tuhan membuat saya menyesal atas apa yang telah saya katakan bahwa kuliah lebih penting ternyata organisasi pun juga penting. Dan mungkin ini adalah ujian yang harus saya jalani ketika dosen pengampu saya adalah salah satu senior dari organisasi tersebut. Semakin sulit untuk dilupakan karena sesuatu kalau kita jauhi maka akan semakin dekat. Semakin kita tidak suka maka akan semakin butuh. Ego pun tak bisa menjadikan waktu terulang kembali ke masa lalu.
Apalagi sekarang ini saya tidak bisa berkata apa-apa. Menghilangkan bayangan masa lalu adalah hal tersulit yang harus saya dijalani. Begitu sulitnya melihat kedepan dan begitu mudahnya melihat kebelakang. Padahal kalau kita melihat kedepan itu adalah tantangan yang diiringi dengan kesuksesan. Kalau kita melihat kebelakang adalah penyesalan yang seharusnya bisa dijadikan pelajaran untuk menjadi lebih baik. Apa gunanya penyesalan kalau kita tidak bisa merubah pola pikir kita. Mungkin kesempatan pertama lebih indah dibanding kesempatan kedua, akan tetapi selagi ada kesempatan mari kita berusaha menjadi lebi baik.
Tuhan akan senang kepada orang yang terus berusaha walaupun kita telah gagal. Sebuah kehidupan tentu ada kalanya disaat kita senang dan sedih. Akan tetapi ketika kita senang sering kali kita lupa kepada sang pencipta dan ketika kita sedih timbulah rasa mengeluh dan menganggap Tuhan itu tidak adil. Karena sebenarnya apa yang kita tanam itu adalah apa yang kita tuai.