MISS
KILLER
Hembusan angin
dipagi buta dan embun yang sejuk terasa menusuk tubuh. Sorotan sinar mentari
yang anggun pelan-pelan mulai muncul dari persinggahannya. Suara burung yang
berkicauan kesana kemari menyambut suasana pagi yang cerah.
Hari ini Ryla masuk
sekolah pagi. Ketika ibunya membangunkan, Ryla sangat sulit dibangunkan sampai
ibunya berteriak-teriak. Kebiasaan yang mudah ditebak karena malamnya selalu
tidur larut malam sampai jam 1. Setelah bangun dan melihat jam menunjukkan
waktu pukul 06.00, Ryla langsung bergegas mandi. Sampai-sampai akan berangkat
sekolah ia tidak sempat untuk sarapan.
Sepanjang
perjalanan Ryla menggerutu. “Kenapa sih tadi malem tidur jam 1, padahal hari
ini masuk pagi”, dalam hatinya sambil menyalahkan diri sendiri. Setelah hampir
sampai pintu gerbang sekolah, bel pun berbunyi.
“kriiiiiing”
“Paaakkk
paaakkk! Jangan ditutup dulu pintunya”, teriak Ryla.
“Kebiasaan kamu
Ryla, terlambat terus. Ya sudah! Cepat masuk!”, ujar pak satpam.
“Terimakasih
pak”, sahut Ryla.
Gara-gara kurang
tidur, Ryla mengantuk saat pelajaran Matematika sehingga ia dimarahi Bu Lita.
Akibatnya Ryla dapat PR khusus disamping mendapat segudang nasehat yang khusus
pula.
“Duhhh dasar
apes” teriak Ryla dalam hati.
Bu Lita adalah
guru paling galak disekolah Ryla hingga berhak mendapat gelar “Miss Killer”.
Sebenarnya Bu Lita masih muda dan cantik. Waktu pertama kali berdiri di muka
kelas, beliau mendapat tepukan riuh dari para cowok. Sebuah gebrakan keras di
meja guru segera menghentikan sambutan mereka.
“Saya tidak suka dengan murid saya yang
tidak serius”, kata Bu Lita dengan tegas.
“Dengar saya akan mengajar Matematika,
pelajran yang membutuhkan pemahaman khusus, hingga kalian tidak bisa main-main
pada jam pelajaran saya”.
Sejak itu
murid-murid selalu serius menghadapi pelajaran Bu Lita. Bu Lita tidak
segan-segan menghukum murid yang kurang memperhatikan pelajarannya. Hukumannya
bisa berupa PR, merangkum apa yang telah ajarkan atau membuat contoh soal
sampai berlembar-lembar di kertas folio.
Bu Lita
bertindak tegas pada murid yang suka bolos. Siapa saja yang tidak mengikuti
pelajarannya, tanpa alasa yang jelas, akan mendapat nilai dibawah KKM walaupun
nilai ulangannya bagus-bagus.
Sampai dirumah,
Ryla segera menelepon mbak Dian. Sebulan terakhir ini, Ryla rajin menelepon
mbak Dian setelah pulang sekolah hanya untuk menceritakan pengalamannya hari
itu. Mbak Dian menanggapi cerita-cerita Ryla dengan baik, hingga Ryla serasa
memiliki seorang kakak. Ryla merupakan putri tunggal keluarga Permana,
pengusaha sukses yang luar biasa sibuk.
Mbak Dian adalah
pengarang cerpen di majalah remaja langganan Ryla. Ryla menyukai cerpen-cerpen
karya mbak Dian yang kaya hikmah tapi tidak berkesan menggurui hingga suatu
hari Ryla meminta alamat dan nomor telepon pengarang tersebut ke majalah
langganannya. Ternyata mbak Dian tinggal disalah satu wilayah dekat tempat Ryla
tinggal. Ryla mengontak mbak Dian melaui telepon. Sejak itulah mereka
telepon-teleponan walau belum pernah bertatap muka.
“Mbak aku kesel nih”, Ryla langsng
mengadu begitu terdengar suara mbak Dian diseberangsana.
“Lhooo, pulang sekolah kok kesel?”,
Tanya mbak Dian.
“Iya, hari ini aku apes banget, dapat
hukuman dari miss killer gara-gara ngantuk dalam kelas”.
“Apasih hukuman mu?”
“PR Matematiaka, soalnya susah banget deh”.
“Oh Matematika, tentang apa?”
“Emang mbak ngerti Matematika ya?”
“Ya, bisalah dikit-dikit, dulu aku
kuliah ambil jurusan Matematika”.
“Wahhh, kebetulan banget, gini lho
mbak…”. Ryla membacakan soal Matematika dari Bu Lita dan menanyakan bagian yang
tidak dimengertinya. Mbak Dian menerangkan trik-trik jitu untuk menyelesaikan
soal-soal tersebut hingga Ryla memahaminya.
“Mbak pinter deh, jadi guru aja
disekolah ku, biar si killer dipecat”.
“Ssssttt, jangan begitu entar kualat
lhoo”, nasihat mbak Dian.
“Bodoh amat!”, kata Ryla dengan cuek.
“Ngomong-ngomong, udah dulu ya mbak jadi
lapar nih, sampai besok”, Ryla mengakhiri teleponnya.
Dengan semangat
empat lima, Ryla lari ke meja makan dan menyantap dengan lahap makanan yang ada
di meja. Dia senang karena PRnya sudah beres.
“Pasti miss
killer kaget dechhh”, dalam hati Ryla.
Karena
kejengkelan Ryla terhadap miss killer, terlintas sebuah ide jahil dipikirannya.
“Hmmmm, liat aja
besok, rasain lu miss killer”, kata Ryla dalam hati.
Hari ini tidak
seperti biasanya. Ryla datang paling pagi ke sekolah. Tidak ada seorang pun
didalam kelas ketika Ryla meletakkan kecoa mati ditempat spidol. Bu Lita memang
takut kepada kecoa.
“Rasakan
Pembalasan ku miss killer”, sambil marah dalam hatinya.
Pelajaran Bu
Lita akan dimulai pada jam pertama. Seluruh murid tampak tegang melihat
kedatangan Bu Lita. Semua murid heran ketika melihat Bu Lita yang tiba-tiba
berteriak sambil meloncat-loncat.
Dugaan Ryla jauh
dari apa yang telah dibayangkan. Ternyata Bu Lita langsung pingsan ketika melihat
kecoa tersebut. Akibatnya Bu Lita harus dibawa ke rumah sakit. Muncul berita
bahwa Bu Lita menderita penyakit jantung. Hanya Ryla yang mengetahui asal mula
permasalahan sebenarnya. Ryla sangat menyesal telah melakukan itu pada Bu Lita.
Sepulang sekolah
Ryla langsung menelepon mbak Dian untuk menceritakan penyesalannya. Suara mbak
Dian terdengar lemah.
“Mbak sakit
ya?”, Tanya Ryla dengan perasaan khwatir.
“Nggak, Cuma sedikit shock saja, ayo
ceritakan pengalamanmu, siapa tahu bisa menyenangkan hati mbak”, mbak Dian
berusaha membuat suaranya terdengar ceria.
“Aku merasa berdosa mbak, gara-gara
ulahku meletakkan kecoa ditempat kapur, si killer pingsan. Aku tahu, mbak tidak
menyetujui tindakanku, tapi si killer itu benar-benar menyebalkan sekali.
Sadis, nggak ngertiin anak muda. Beda banget dengan mbak Dian”.
Terdengar tawa lemah dari ujung sana.
“Kamu pinter banget bikin orang jadi
ge-er, tapi tindakanmu memang keterlaluan. Mungkin gurumu yang killer itu
menghukum murid-muridnya, tapi muridnya memang bandel hingga harus diperlakukan
keras. Semua guru memang ingin pelajarannya dipahami oleh muridnya dan tidak
ada pelajaran yang bisa dipahami tanpa keseriusan”.
Ryla
mendengarkan nasihat mbak Dian dengan serius hingga terdiam untuk beberapa saat
untuk berpikir.
“Halo! Halo!
Kamu nggak ketidurankan?”, mbak Dian mengeraskan suaranya.
“Ahhh, mbak ngagetin aja, thanks atas
nasehatnya yang sangat berguna buatku mbak”, kata Ryla.
“Ryla , hari sabtu besok keponakanku
ulang tahun, aku ingin kamu datang diacara itu sekalian melihat wajahmu. Biar
aku tahu kamu tidak sekedar memiliki suara yang bagus”, kata mbak Dian.
“Okey mbak, bersiaplah menyambut putri
yang cantik jelita ini”, kata Ryla dengan suara semangat.
Mbak Dian tertawa terbahak-bahak.
“Aku akan memakai kaos berwarna merah
dengan celana jeans”, kata mbak Dian.
Rumah mbak Dian
berjarak kurang lebih 15 km dari rumah Ryla. Harus dua kali naik kendaraan
umum. Sebenanya Ryla bisa minta diantar sopir, tapi kasihan harus bolak balik
sana-sini antar papa mama. Lagi pula Ryla lebih suka naik kendaraan umum. Akhirnya
sampailah Ryla didepan rumah mbak Dian yang mungil dan indah. Para anak kecil
berkumpul diteras menggunakan topi kerucut. Seorang gadis berkaos merah dan
bercelana jeans sibuk mengatur anak-anak. Tidak salah lagi itu mbak Dian.
“Mbak Dian, aku datang!”, seru Ryla.
“Halo Ryla”, sambil membalikkan
tubuhnya.
Ryla shock,
rasanya ingin masuk kedalam tanah dan tidak muncul lagi dipermukaan bumi.
Ternyata…mbak Dian yang ku kagumi itu adalah Bu Lita, miss killer yang sadis
dan menyebalkan itu. Ryla langsung minta maaf kepada Bu Lita tentang
kejahilannya itu dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Setelah kejadian
tersebut Ryla rajin sekali belajar. Selain tidur tidak larut malam dan tidak
pernah terlambat ke sekolah. Ketika pelajaran Matematika Ryla memahami apa yang
diajarkan Bu Lita dengan saksama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar