Rabu, 02 November 2016

cerpen



MISS KILLER

Hembusan angin dipagi buta dan embun yang sejuk terasa menusuk tubuh. Sorotan sinar mentari yang anggun pelan-pelan mulai muncul dari persinggahannya. Suara burung yang berkicauan kesana kemari menyambut suasana pagi yang cerah.
Hari ini Ryla masuk sekolah pagi. Ketika ibunya membangunkan, Ryla sangat sulit dibangunkan sampai ibunya berteriak-teriak. Kebiasaan yang mudah ditebak karena malamnya selalu tidur larut malam sampai jam 1. Setelah bangun dan melihat jam menunjukkan waktu pukul 06.00, Ryla langsung bergegas mandi. Sampai-sampai akan berangkat sekolah ia tidak sempat untuk sarapan.
Sepanjang perjalanan Ryla menggerutu. “Kenapa sih tadi malem tidur jam 1, padahal hari ini masuk pagi”, dalam hatinya sambil menyalahkan diri sendiri. Setelah hampir sampai pintu gerbang sekolah, bel pun berbunyi.
“kriiiiiing”
“Paaakkk paaakkk! Jangan ditutup dulu pintunya”, teriak Ryla.
“Kebiasaan kamu Ryla, terlambat terus. Ya sudah! Cepat masuk!”, ujar pak satpam.
“Terimakasih pak”, sahut Ryla.
Gara-gara kurang tidur, Ryla mengantuk saat pelajaran Matematika sehingga ia dimarahi Bu Lita. Akibatnya Ryla dapat PR khusus disamping mendapat segudang nasehat yang khusus pula.
“Duhhh dasar apes” teriak Ryla dalam hati.
Bu Lita adalah guru paling galak disekolah Ryla hingga berhak mendapat gelar “Miss Killer”. Sebenarnya Bu Lita masih muda dan cantik. Waktu pertama kali berdiri di muka kelas, beliau mendapat tepukan riuh dari para cowok. Sebuah gebrakan keras di meja guru segera menghentikan sambutan mereka.
“Saya tidak suka dengan murid saya yang tidak serius”, kata Bu Lita dengan tegas.
“Dengar saya akan mengajar Matematika, pelajran yang membutuhkan pemahaman khusus, hingga kalian tidak bisa main-main pada jam pelajaran saya”.
Sejak itu murid-murid selalu serius menghadapi pelajaran Bu Lita. Bu Lita tidak segan-segan menghukum murid yang kurang memperhatikan pelajarannya. Hukumannya bisa berupa PR, merangkum apa yang telah ajarkan atau membuat contoh soal sampai berlembar-lembar di kertas folio.
Bu Lita bertindak tegas pada murid yang suka bolos. Siapa saja yang tidak mengikuti pelajarannya, tanpa alasa yang jelas, akan mendapat nilai dibawah KKM walaupun nilai ulangannya bagus-bagus.
Sampai dirumah, Ryla segera menelepon mbak Dian. Sebulan terakhir ini, Ryla rajin menelepon mbak Dian setelah pulang sekolah hanya untuk menceritakan pengalamannya hari itu. Mbak Dian menanggapi cerita-cerita Ryla dengan baik, hingga Ryla serasa memiliki seorang kakak. Ryla merupakan putri tunggal keluarga Permana, pengusaha sukses yang luar biasa sibuk.
Mbak Dian adalah pengarang cerpen di majalah remaja langganan Ryla. Ryla menyukai cerpen-cerpen karya mbak Dian yang kaya hikmah tapi tidak berkesan menggurui hingga suatu hari Ryla meminta alamat dan nomor telepon pengarang tersebut ke majalah langganannya. Ternyata mbak Dian tinggal disalah satu wilayah dekat tempat Ryla tinggal. Ryla mengontak mbak Dian melaui telepon. Sejak itulah mereka telepon-teleponan walau belum pernah bertatap muka.
“Mbak aku kesel nih”, Ryla langsng mengadu begitu terdengar suara mbak Dian diseberangsana.
“Lhooo, pulang sekolah kok kesel?”, Tanya mbak Dian.
“Iya, hari ini aku apes banget, dapat hukuman dari miss killer gara-gara ngantuk dalam kelas”.
“Apasih hukuman mu?”
“PR Matematiaka, soalnya susah banget deh”.
“Oh Matematika, tentang apa?”
“Emang mbak ngerti Matematika ya?”
“Ya, bisalah dikit-dikit, dulu aku kuliah ambil jurusan Matematika”.
“Wahhh, kebetulan banget, gini lho mbak…”. Ryla membacakan soal Matematika dari Bu Lita dan menanyakan bagian yang tidak dimengertinya. Mbak Dian menerangkan trik-trik jitu untuk menyelesaikan soal-soal tersebut hingga Ryla memahaminya.
“Mbak pinter deh, jadi guru aja disekolah ku, biar si killer dipecat”.
“Ssssttt, jangan begitu entar kualat lhoo”, nasihat mbak Dian.
“Bodoh amat!”, kata Ryla dengan cuek.
“Ngomong-ngomong, udah dulu ya mbak jadi lapar nih, sampai besok”, Ryla mengakhiri teleponnya.
Dengan semangat empat lima, Ryla lari ke meja makan dan menyantap dengan lahap makanan yang ada di meja. Dia senang karena PRnya sudah beres.
“Pasti miss killer kaget dechhh”, dalam hati Ryla.
Karena kejengkelan Ryla terhadap miss killer, terlintas sebuah ide jahil dipikirannya.
“Hmmmm, liat aja besok, rasain lu miss killer”, kata Ryla dalam hati.
Hari ini tidak seperti biasanya. Ryla datang paling pagi ke sekolah. Tidak ada seorang pun didalam kelas ketika Ryla meletakkan kecoa mati ditempat spidol. Bu Lita memang takut kepada kecoa.
“Rasakan Pembalasan ku miss killer”, sambil marah dalam hatinya.
Pelajaran Bu Lita akan dimulai pada jam pertama. Seluruh murid tampak tegang melihat kedatangan Bu Lita. Semua murid heran ketika melihat Bu Lita yang tiba-tiba berteriak sambil meloncat-loncat.
Dugaan Ryla jauh dari apa yang telah dibayangkan. Ternyata Bu Lita langsung pingsan ketika melihat kecoa tersebut. Akibatnya Bu Lita harus dibawa ke rumah sakit. Muncul berita bahwa Bu Lita menderita penyakit jantung. Hanya Ryla yang mengetahui asal mula permasalahan sebenarnya. Ryla sangat menyesal telah melakukan itu pada Bu Lita.
Sepulang sekolah Ryla langsung menelepon mbak Dian untuk menceritakan penyesalannya. Suara mbak Dian terdengar lemah.
“Mbak sakit ya?”, Tanya Ryla dengan perasaan khwatir.
“Nggak, Cuma sedikit shock saja, ayo ceritakan pengalamanmu, siapa tahu bisa menyenangkan hati mbak”, mbak Dian berusaha membuat suaranya terdengar ceria.
“Aku merasa berdosa mbak, gara-gara ulahku meletakkan kecoa ditempat kapur, si killer pingsan. Aku tahu, mbak tidak menyetujui tindakanku, tapi si killer itu benar-benar menyebalkan sekali. Sadis, nggak ngertiin anak muda. Beda banget dengan mbak Dian”.
Terdengar tawa lemah dari ujung sana.
“Kamu pinter banget bikin orang jadi ge-er, tapi tindakanmu memang keterlaluan. Mungkin gurumu yang killer itu menghukum murid-muridnya, tapi muridnya memang bandel hingga harus diperlakukan keras. Semua guru memang ingin pelajarannya dipahami oleh muridnya dan tidak ada pelajaran yang bisa dipahami tanpa keseriusan”.
Ryla mendengarkan nasihat mbak Dian dengan serius hingga terdiam untuk beberapa saat untuk berpikir.
“Halo! Halo! Kamu nggak ketidurankan?”, mbak Dian mengeraskan suaranya.
“Ahhh, mbak ngagetin aja, thanks atas nasehatnya yang sangat berguna buatku mbak”, kata Ryla.
“Ryla , hari sabtu besok keponakanku ulang tahun, aku ingin kamu datang diacara itu sekalian melihat wajahmu. Biar aku tahu kamu tidak sekedar memiliki suara yang bagus”, kata mbak Dian.
“Okey mbak, bersiaplah menyambut putri yang cantik jelita ini”, kata Ryla dengan suara semangat.
Mbak Dian tertawa terbahak-bahak.
“Aku akan memakai kaos berwarna merah dengan celana jeans”, kata mbak Dian.
Rumah mbak Dian berjarak kurang lebih 15 km dari rumah Ryla. Harus dua kali naik kendaraan umum. Sebenanya Ryla bisa minta diantar sopir, tapi kasihan harus bolak balik sana-sini antar papa mama. Lagi pula Ryla lebih suka naik kendaraan umum. Akhirnya sampailah Ryla didepan rumah mbak Dian yang mungil dan indah. Para anak kecil berkumpul diteras menggunakan topi kerucut. Seorang gadis berkaos merah dan bercelana jeans sibuk mengatur anak-anak. Tidak salah lagi itu mbak Dian.
“Mbak Dian, aku datang!”, seru Ryla.
“Halo Ryla”, sambil membalikkan tubuhnya.
Ryla shock, rasanya ingin masuk kedalam tanah dan tidak muncul lagi dipermukaan bumi. Ternyata…mbak Dian yang ku kagumi itu adalah Bu Lita, miss killer yang sadis dan menyebalkan itu. Ryla langsung minta maaf kepada Bu Lita tentang kejahilannya itu dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Setelah kejadian tersebut Ryla rajin sekali belajar. Selain tidur tidak larut malam dan tidak pernah terlambat ke sekolah. Ketika pelajaran Matematika Ryla memahami apa yang diajarkan Bu Lita dengan saksama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar